Wisata Patung Yesus Buntu Burake Tana Toraja – Kali ini Berita toraja akan berbagi artikel wisata seputar destinasi wisata di Kabupaten Tana Toraja, Kali ini yang akan di review ADALAH WISATA RELIGI BUNTU BURAKE PATUNG Yesus tertinggi di Dunia. Bukit Buntu Burake merupakan tempat yang wajib bagi wisatawan yang menyukai pemandangan pegunungan dan aktivitas hiking. Saat mengunjungi Tana Toraja, Anda harus mampir di lokasi ini. Jaraknya hanya 5 km dari Makale. Tempat terbaik untuk disaksikan adalah Patung Yesus. Ukurannya memang sangat besar. Sebuah rute menuju patung itu nyaman dan lebar. Begitu sampai di bukit, ada area parkir yang luas. Itu berarti Anda bisa memarkir kendaraan Anda dengan nyaman di sana. Selain itu, bukit ini terletak pada lokasi yang strategis. Di puncak bukit, pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota Makale. Beberapa bagian Kabupaten Tana Toraja juga terlihat baik. Ketika datang ke fasilitas, Anda bisa menemukan toilet dan gazebo kecil. Anda bisa memanfaatkan kenyamanan tersebut baik untuk bersantai atau beristirahat sambil menyantap snack dan minum minuman yang segar. Bagi yang suka fotografi, beberapa bagian bukit merupakan objek yang menarik dan terbaik untuk dipotret. Pastikan untuk datang pada waktu yang tepat, Anda perlu datang di pagi atau sore hari. Momen matahari terbit dan terbenam di sana sangat berharga. Ini bisa menjadi objek fotografi yang menakjubkan juga. Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah trekking. Pengunjung yang datang ke lokasi ini akan tergoda untuk berkeliling bukit. Dengan demikian, Anda seharusnya datang dengan stamina dan pakaian serta perlengkapan yang tepat. Jika Anda hendak trekking, Anda harus mematuhi aturan yang belaku, Anda tidak diizinkan untuk membuang sampah sembarangan. Belum lagi Anda tidak boleh menulis apapun di atas batu. Dengan cara ini, Anda bisa membantu mempertahankan keindahan bukit.
Burake adalah sebuah kampung yang terletak di wilayah adat
Makale dengan nama Bua’ Burake yang dibentuk oleh to dolo (leluhur) pada jaman
dahulu kala bernama Sirrang dari Tongkonan Banua Puan, Marinding yang kawin
dengan Ambun di Dangle’ dan menjadi penguasa di Wilayah Adat Makale. Setiap
wilayah Bua’, penanian dan kampong adalah gabungan dari beberapa wilayah
tondok, saroan, tepo tondok atau nama lain yang merupakan kesatuan wilayah
terkecil dalam wilayah adat yang secara turun temurun didiami dan dikelola oleh
masyarakat adat sebagai penyangga kehidupan mereka yang diwarisi dari
leluhurnya dan memiliki struktur kelembagaan adat seiring sejarah keberadaan
masyarakatnya.
Bua’ adalah sebuah wilayah dengan batas-batas yang jelas
yang dibentuk oleh rumpun keluarga atau masyarakat yang pernah atau sering
mengadakan ritus ma’bua’ yakni ritus tertinggi tingkatannya bagi masyarakat
Toraja berupa kesyukuran kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta atas kesuburan
dan keberkahan. Dari kata ma’bua’ maka diberilah gelar to sangbua’ artinya
suatu kesatuan masyarakat adat yang terdiri dari beberapa tongkonan dan
tergabung dalam suatu sistem pemerintahan adat yang berdaulat karena memiliki
batas wilayah, ada rakyat dengan cita-cita dan tujuan yang sama, ada
pemerintahan yang dilembagakan lewat pranata Tongkonan dan diikat dalam
konstitusi berupa hukum adat yang mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat
bua’. Dalam wilayah Bua’ Burake terdapat
beberapa tongkonan tua yang menjadi pengayom dan saling bersinergi dalam
tatanan adat Buntu Burake. Sundallak, konon adalah seorang leluhur yang sakti
dan dijuluki to senga’-senga’ suru’ na, to laen-laen tetangan sara’ka’na; to
umposuru’ bai tanda, to umpotetangan sara’ka’ bai ballang ke kendekki langngan
buntu malangka’, ke dao i tanete longke (Sundallak, orang sakti mandraguna;
naik meminta hujan dengan ritual mengurbankan bai ballang). Dia naik di puncak
tertinggi Buntu Burake dan mengadakan ritual meminta hujan kepada Puang Matua
Sang Pencipta dan sekonyong-konyong turunlah hujan lebat yang diberi istilah
ma’ uran pekali ko mai (datang lah hujan lebat. Itulah sebabnya puncak tertinggi
diberi nama Buntu Sundallak.
Kawasan Wisata Religi Buntu Burake ini terdiri dari beberapa
zona atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik,
antara lain : Zona Inti (sanctuary
zone) berfungsi untuk perlindungan monumen dan pelataran Patung Yesus
Memberkati (kawasan patung Yesus Kristus memberkati), Kawasan Pelataran Patung ,
Kaca Ardrenalin dan Spot Foto. Zona Penyangga (buffer zone) berupa goa purba
yang telah dijadikan Goa Bunda Maria,
area kuliner, area souvenir, parking area, dan publik area pada kawasan kars
Burake . Zona Pengembangan (development zone) yakni Lombok Sumpu, hamparan
lembah di sebelah timur, Buntu Sirrang,
Buntu Sundallak, , Buntu Panduang, Buntu Pangngumba’, dan lain-lain.
Pada tahun 2011, Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Syahrul
Yasin Limpo pada pencanangan Lovely December 2011. Saat itu beliau memberi
masukan kepada Pemerintah Daerah Tana Toraja dan Toraja Utara untuk membangun
simbol kepada kedua daerah tersebut. Kemudian Kabupaten Toraja Utara lebih
memilih membangun Salib Raksasa di Buntu Singki sedangkan Kabupaten Tana Toraja
terlebih dahulu mengadakan Kombongan untuk menentukan apa yang cocok untuk di
kabupaten Tana Toraja. Dalam berbagai pertemuan baik secara resmi ataupun lewat
pertemuan yang sifatnya tidak resmi perbincangan mengenai hal tersebut terus
disosialisasikan termasuk pada Sosialisasi Destinasi Wisata di Tongkonan Rante,
Buntu Burake yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, Bupati Tana Toraja Bapak
Theofilus Allorerung, anggota DPRD Tana Toraja dan masyarakat Buntu Burake.
Pada Tahun 2012 Pemerintah daerah Tana Toraja sepakat bahwa lokasi yang paling
bagus dan strategis adalah Kawasan Buntu Burake dengan membangun Patung Yesus
Kristus Memberkati. Sebagai langkah awal saat itu, Pemerintah Daerah membuka
akses jalan menuju puncak Buntu Burake. Tahun 2013 Bupati Tana Toraja Bapak
Theofilus Allo Rerung Lewat Dinas Permukiman dan Tata Ruang mengadakan
Sayembara dengan Tema Desain Pembangunan Patung Yesus Memberkati. Maka
Pengumuman secara terbuka diumumkan Lewat Media Cetak dan Elektronik
dilaksanakan untuk menyaring desain sesuai Tema yang dimaksud, sehingga pada
Bulan Maret 2013 Lewat Panitia Sayembara yang terdiri dari gabungan beberapa
Denominasi Gereja seperti Gereja Katolik, Gereja Toraja, Gereja Kibaid, dan
beberapa Tokoh masyarakat serta Pelaku Seni. Panitia Sayembara yang dimaksud
diantaranya : 1. Pastor Paroki Makale ( Pastor Nataniel Runtung, Pr ) 2. Bapak
Daud Salli’padang. 3. Bapak Yohanis Lintin Paembongan,S.Th 4. Bapak Sarira
Sebagai Pelaku Seni 5. Pdt. Yonan Tadius,S.Th, M.Th. Dari Hasil kesepakatan
panitia Sayembara maka diambillah 3 (tiga) desain terbaik sesuai thema
Sayembara dan diserahkan kepada Bupati Tana Toraja untuk selanjutnya ditetapkan
sebagai Pemenang. Setelah memperhatikan semua kriteria dan kecocokan Thema yang
di tawarkan maka pemenang sayembara dimenangkan oleh sdr. Yustinus L.
Paembonan,ST dan sdr. Erya Sandy Madaun, ST. Setelah hasil desain Sayembara ditetapkan maka pada
Bulan Agustus 2013 tahap Pertama Pembangunan Landasan Patung mulai dikerjakan, dan dilanjutkan pada tahun
2014. Pada tahun 2015 di lanjutkan pada pekerjaan pembangunan patung perunggu
oleh pematung asal Jogjakarta yaitu Bapak Hardo Wardoyo Suwarto dan
rekan-rekannya. Total tinggi 45 meter berupa bangunan bawah kandian dulang
dengan tinggi 22 meter dan patung 23 meter.
Pada tahun 2016 – 2019 pembangunan dilanjutkan oleh Bupati
Tana Toraja Bapak Nicodemus Biringkanae dan Wakil Bupati Tana Toraja Bapak
Victor Datuan Batara; dengan pembangunan akses yang lebar, sarana dan prasarana
pendukung, penataan kawasan pada pelataran, reling bangunan landasan dan
patung, pelataran kaca adrenalin, jalan-jalan setapak, dan lain-lain. Selamat
berwisata di Kawasan Wisata Buntu Burake, Tana Toraja[bt]